BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suhu tubuh neonatus pada saat intra
uterin dan ekstra uterin akan berbeda. Apabila setelah proses persalinan
berlangsung neonatus akan kontak langsung dengan udara disekitarnya, dan
menyebabkan terjadinya kenaikan ataupun penurunan suhu tubuh.
ketika tubuh
menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas dari pada mengeluarkan panas akibat adanya kegagalan termogulasi
pada keadaan inilah yang disebut dengan hipertermi.
kenaikan suhu tubuh diatas 410 C
(rectal). Merupakan keadaan gawat darurat medik dengan angka kematian yang
tinggi terutama pada bayi sangat muda, usia lanjut dan penderita-penderita
penyakit jantung.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan hipertermi ?
2.
Apa
saja tanda dan gejala hipertermi ?
3.
Apa
saja yang termasuk dalam klasifikasi hipertermi ?
4.
Bagaimana
penatalaksanaan hipertermi ?
5.
Apa
saja penyebab hipertermi ?
6.
Apa
saja yang termasuk dalam faktor resiko ?
7.
Bagaimana
pencegahan terhadap hipetermi ?
C. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengertian hipertermi
2. Untuk
mengetahui tanda dan
gejala hipertermi
3. Untuk mengetahui apa saja yang
termasuk dalam klasifikasi hipertermi
4. Untuk mengetahui bagaimana
penatalaksanaan hipertermi
5. Untuk mengetahui apa saja penyebab
hipertermi
6. Untuk mengetahui yang termasuk dalam
factor resiko
7. Untuk mengetahui pencegahan
hipertermi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HIPERTERMIA
1. Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh meningkat
melebihi suhu normal yaitu suhu
tubuhmencapai sekitar 37,8°C per oral atau 38,8°C per rectal secara terus
menerus disertai kulit panas dan kering
serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau
koma yang disebabkan oleh atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan)
atau internal (metabolik). (blog Asuhan Keperawatan.com).
2.
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh
tinggi karena kegagalan termoregulasi.Hipertermia terjadi ketika tubuh
menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas dari pada mengeluarkan panas.
Ketika suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan
membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.
3. Hypertermia
pada bayi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC.
B. TANDA DAN GEJALA
1. suhu tubuh bayi
>37,5 ºC (panas)
2. Tanda
dehidrasi, yaitu berat badan bayi turun, turgor kulit kurang, mata dan
ubun ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering, banyaknya air kemih
berkurang.
3. Kulit memerah
4. Malas minum
5. Frekuensi nafas
lebih dari 60x/menit
6. Denyut jantung
lebih dari 160 x/menit
7. Letargi
8. Kedinginan,lemas
9. Bisa disertai kejang
C. KLASIFIKASI HIPERTERMIA
1.
Hipertermia
yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
a. Hipertermia maligna
Hipertermia
maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia ini merupakan
miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada
episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka
sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di
hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.
b.
Exercise-Induced
hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis
ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik
intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan
pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300C
atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering
(150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang,
satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia
lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan
endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain
hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan
Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam
(merangsang pembentukan pirogen leukosit).
2.
Hipertermia
yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
a.
Hipertermia
neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan
ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh:
1) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan
cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini
merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya
dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam
karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti
leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian
cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.
2) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi
terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
3) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan
trauma lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan
menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa
kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu
bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat
dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid
sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C.
4)
Heat
stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu
tubuh > 40.50C atau sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan
panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi
perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram.
Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit,
trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak
dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu
tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai
dengan suhu tubuh 38,50 C kemudian anak segera dipindahkan ke atas
tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan
memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
5)
Haemorrhargic
Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat
stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan
suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam
produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak
adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1
tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit
virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya
infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 –
5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma,
hipertermia (suhu > 410C), perdarahan yang mengarah pada DIC,
diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada
pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal
diikuti gagal ginjal..Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan
suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna dapat
diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa
neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi
menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
6)
Sudden
Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang
mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului
sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal.
Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian
tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk
menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development
atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity,
pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko
dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang
terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.
Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya
sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.
D. FAKTOR RESIKO
Kejang/ syok
E. ETIOLOGI
Disebabkan oleh
infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi
dan suhu lingkungan yang terlalu panas. Keadaan ini terjadi bila bayi
diletakkan di dekat api atau ruangan yang berudara panas.Selain itu, dapat pula disebabkan gangguan otak atau
akibat bahan toksik yang dapat mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat
pirogen ini dapat berupa protein , pecahan protein dan zat lain , terutama toksin polisakarida ,
yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi
jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
1.
Fase
– fase Terjadinya Hipertermi
a. Fase I : awal
1)
Peningkatan
denyut jantung
2)
Peningkatan
laju dan kedalaman pernapasan
3) Kulit pucat dan dingin karena
vasokonstriksi
4)
Dasar
kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi
5) Rambut kulit berdiri
6) Pengeluaran keringat berlebih
7) Peningkatan suhu tubuh
b. Fase II :
1)
proses
demam
2) Kulit terasa hangat / panas
3) Peningkatan nadi & laju
pernapasan
4) Dehidrasi ringan sampai berat
5) Proses menggigil lenyap
6) Mengantuk , kejang akibat iritasi
sel saraf
7) mulut kering
8) bayi Tidak mau minum
9) lemas
c. Fase III : pemulihan
1)
Kulit tampak merah dan hangat
2) Berkeringat
3)
Menggigil
ringan
4)
Kemungkinan
mengalami dehidrasi
F. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATANANNYA
1.
Intervensi
dan Rasional
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Monitoring tanda-tanda vital
setiap dua jam dan pantau warna kulit
|
Perubahan tanda-tanda vital yang
signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.
|
2. Observasi adanya kejang dan
dehidrasi
|
Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang
akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui jumlahnya dan
dapat menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
|
3. Berikan kompres denga air
hangat pada aksila, leher dan lipatan paha, hindari penggunaan alcohol untuk
kompres.
|
Kompres pada aksila, leher dan lipatan paha terdapat
pembuluh-pembuluh dasar besar yang akan membantu menurunkan demam. Penggunaan
alcohol tidak dilakukan karena akan menyebabkan penurunan dan peningkatan
panas secara drastis.
|
Kolaborasi
4. Berikan antipiretik sesuai
kebutuhan jika panas tidak turun.
|
Pemberian antipiretik juga diperlukan untuk menurunkan
panas dengan segera.
|
2. Letakkan bayi
di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28 ºC)
3. Lepaskan
sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu
4. Perikasa suhu
aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
5. Bila suhu
sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres atau dimandikan selama 10-15
menit dalam suhu air 4 ºC, lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan
menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 4 ºC dibawah
suhu bayi
6.
memastikan bayi mendapat cairan adekuat
a.
Izinkan bayi mulai menyusu
b. Jika terdapat
tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung, kehilangan elastisitas kulit,
atau lidah atau membran mukosa kering)
1) Pasang slang IV
dan berikan cairan IV dengan volume rumatan sesuai dengan usia bayi
2)
Tingkatkan volume cairan sebanyak 10%
berat badan bayi pada hari pertama dehidrasi terlihat
3)
Ukur glukosa darah, jika glukosa darah
kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/l), atasi glukosa darah yang rendah
7.
Cari
tanda sepsis
8.
berikan
antibiotik jika terjadi infeksi
9.
Setelah
keadaan bayi normal :
a. Lakukan perawatan lanjutan
b. Pantau bayi selama 12 jamberikutnya,
periksa suhu setiap 3 jam
10.
Bila
suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik, serta tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan
dan Nasehati ibu cara menghangatkan bayi dirumah dan melindungi dari pemancar
panas yang berlebihan.
Antipiretik tidak diberikan secara
otomatis pada setiap penderita panas karena panas merupakan usaha pertahanan
tubuh, pemberian antipiretik juga dapat menutupi kemungkinan komplikasi.
Pengobatan terutama ditujukan terhadap penyakit penyebab panas.
-
Antipiretika
:
Parasetamol : 10 -15 mg/kg BB/ kali (dapat diberikan secara oral atau rektal).
Metamizole ( novalgin ) : 10 mg/kg BB/kali per oral atau intravenous.
Ibuprofen : 5-10 mg/kg BB/ kali, per oral atau rektal.
Parasetamol : 10 -15 mg/kg BB/ kali (dapat diberikan secara oral atau rektal).
Metamizole ( novalgin ) : 10 mg/kg BB/kali per oral atau intravenous.
Ibuprofen : 5-10 mg/kg BB/ kali, per oral atau rektal.
-
Pendinginan
Secara fisik :
Merupakan
terapi pilihan utama. Kecepatan penurunan suhu > 0,10 C/menit sampai
tercapai suhu 38,50 C. Cara-cara physical cooling/compres :
-
Evaporasi
: penderita dikompres dingin seluruh tubuh, disertai kipas angin untuk
mempercepat
G. PENCEGAHAN TERHADAP HIPERTERMIA
1. Kesehatan lingkungan.
2.
Penyediaan
air minum yang memenuhi syarat.
3.
Pembuangan
kotoran manusia pada tempatnya.
4.
Pemberantasan
lalat.
5. Pembuangan sampah pada tempatnya.
6.
Pendidikan
kesehatan pada masyarakat.
7.
Pemberian
imunisasi lengkap kepada bayi.
8.
Makan
makana yang bersih dan sehat
9.
Jangan
biasakan anak jajan diluar
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik
pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat
dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal
(metabolik). Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang
terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu
panas.Untuk pencegahan hipertermi bisa dengan cara slalu menjaga kesehatan
lingkungan, penyediaan air minum yan memenuhu syarat,pembuangan kotora manusia
pada tempatnya,pemberantasan lalat , pembuangan sampah pada tempatnya,
pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemberian iminisasi lengkap pada
bayi,makan-makanam yang bersih dan sehat,makan- makan yang bersih dan sehat.
B. SARAN
Saran-sara yang kami sampaikan
sehubungan dengan tulisan makalah ini
sebagai berikut :
Hipertermi
bukankah suatu penyakit yang ringan tetapi hipertermi merupakan salah satu
penyakit dengan faktor resiko tinggi khususnya pada bayi.Untuk itu di sini
bidan harus tanggap terhadap gejala dan
keluhan apa yang dikeluhkan klien nantinya.Karena apabila hipertermi tidak
segera ditangani akan menjadi kejang dan bisa mengakibatkan kematian khususnya
pada bayi. Selain itu bidan harus turun tangan untuk memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai hipertermi mulai dari gejala maupun tanda kemudian cara mengatasinya serta pencegahan
terhadap hipertermi.
DAFTAR PUSTAKA
Habel,
A.1990, Ilmu Penyakit Anak , Bina
Rupa Aksara, Jakarta.
Kemala,
P., ar., 1998, Kamus Suku Kedokteran
Dorlan, Penerbit Buku Keokteran EGC, Jakarta.
Sudarti
dan Afroh Fauzan. 2012, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Nuha
Medika. Yogyakarta.
http://www.Ibu
dan Balita.net/info/makalah-Hipertermia - lengkap.html
http://alamsyah.web.id/news/makalah-asuhan-kebidanan-pada-bayi-dengan-Hipertermia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar