Selasa, 31 Maret 2015

Hipertermi Pada Neonatus Resti Dan Penatalaksanaannya



BAB I

PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

Suhu tubuh neonatus pada saat intra uterin dan ekstra uterin akan berbeda. Apabila setelah proses persalinan berlangsung neonatus akan kontak langsung dengan udara disekitarnya, dan menyebabkan terjadinya kenaikan ataupun penurunan suhu tubuh.
ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas dari pada mengeluarkan panas akibat adanya kegagalan termogulasi pada keadaan inilah yang disebut dengan hipertermi.
kenaikan suhu tubuh diatas 410 C (rectal). Merupakan keadaan gawat darurat medik dengan angka kematian yang tinggi terutama pada bayi sangat muda, usia lanjut dan penderita-penderita penyakit jantung.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan hipertermi ?
2.      Apa saja tanda dan gejala hipertermi ?
3.      Apa saja  yang termasuk dalam  klasifikasi hipertermi ?
4.      Bagaimana penatalaksanaan hipertermi ?
5.      Apa saja penyebab hipertermi ?
6.      Apa saja yang termasuk dalam faktor resiko ?
7.      Bagaimana pencegahan terhadap hipetermi ?

C.    TUJUAN

1.      Untuk mengetahui pengertian hipertermi
2.      Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertermi
3.      Untuk mengetahui  apa saja  yang termasuk dalam  klasifikasi hipertermi
4.      Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan hipertermi
5.      Untuk mengetahui apa saja penyebab hipertermi
6.      Untuk mengetahui yang termasuk dalam factor resiko
7.      Untuk mengetahui pencegahan hipertermi


BAB II

PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN HIPERTERMIA

2.      Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan termoregulasi.Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas dari pada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.
3.      Hypertermia pada bayi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC.

B.     TANDA DAN GEJALA

1.      suhu tubuh bayi >37,5 ºC (panas)
2.      Tanda dehidrasi, yaitu berat badan bayi turun, turgor  kulit kurang, mata dan ubun ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering, banyaknya air kemih berkurang.
3.      Kulit memerah
4.      Malas minum
5.      Frekuensi nafas lebih dari 60x/menit
6.      Denyut jantung lebih dari 160 x/menit
7.      Letargi
8.      Kedinginan,lemas
9.      Bisa disertai kejang

C.    KLASIFIKASI HIPERTERMIA

1.      Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
a.       Hipertermia maligna
      Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia. Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.    
b.      Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
      Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
c.       Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit).
2.      Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
a.    Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh:
1)      Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.
2)      Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
3)      Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 390C dilakukan tepid sponged 350C sampai dengan suhu tubuh mencapai 370C.
4)      Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.50C atau sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang  bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,50 C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
5)      Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu > 410C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
6)      Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup. Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.

D.    FAKTOR RESIKO

Kejang/ syok

E.     ETIOLOGI

Disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan di dekat api atau ruangan yang berudara panas.Selain itu, dapat pula disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang dapat mempengaruhi pusat pengaturan suhu.  Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein , pecahan protein  dan zat lain , terutama toksin polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
1.      Fase – fase Terjadinya Hipertermi
a.       Fase I : awal
1)      Peningkatan denyut jantung
2)      Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3)      Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi
4)      Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi
5)      Rambut kulit berdiri
6)      Pengeluaran keringat berlebih
7)      Peningkatan suhu tubuh
b.      Fase II :
1)      proses demam
2)       Kulit terasa hangat / panas
3)      Peningkatan nadi & laju pernapasan
4)      Dehidrasi ringan sampai berat
5)      Proses menggigil lenyap
6)      Mengantuk , kejang akibat iritasi sel saraf
7)      mulut kering
8)      bayi Tidak mau minum
9)      lemas
c.       Fase III : pemulihan
1)       Kulit tampak merah dan hangat
2)      Berkeringat
3)      Menggigil ringan
4)      Kemungkinan mengalami dehidrasi



F.     PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATANANNYA

1.      Intervensi dan Rasional
INTERVENSI
RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua jam dan pantau warna kulit
Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.
2. Observasi adanya kejang dan dehidrasi
Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres denga air hangat pada aksila, leher dan lipatan paha, hindari penggunaan alcohol untuk kompres.
Kompres pada aksila, leher dan lipatan paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar besar yang akan membantu menurunkan demam. Penggunaan alcohol tidak dilakukan karena akan menyebabkan penurunan dan peningkatan panas secara drastis.
Kolaborasi
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan jika panas tidak turun.
Pemberian antipiretik juga diperlukan untuk menurunkan panas dengan segera.

2.      Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28 ºC)
3.      Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu
4.      Perikasa suhu aksila setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal
5.      Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres atau dimandikan selama 10-15 menit dalam suhu air 4 ºC, lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 4 ºC dibawah suhu bayi
6.      memastikan bayi mendapat cairan adekuat
a.       Izinkan bayi mulai menyusu
b.      Jika terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata atau fontanel cekung, kehilangan elastisitas kulit, atau lidah atau membran mukosa kering)
1)      Pasang slang IV dan berikan cairan IV dengan volume rumatan sesuai dengan usia bayi
2)      Tingkatkan volume cairan sebanyak 10% berat badan bayi pada hari pertama dehidrasi terlihat  
3)      Ukur glukosa darah, jika glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/l), atasi glukosa  darah yang rendah
7.      Cari tanda sepsis
8.      berikan antibiotik jika terjadi infeksi
9.      Setelah keadaan bayi normal :
a.       Lakukan perawatan lanjutan
b.      Pantau bayi selama 12 jamberikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
10.  Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik, serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan Nasehati ibu cara menghangatkan bayi dirumah dan melindungi dari pemancar panas yang berlebihan.
Antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap penderita panas karena panas merupakan usaha pertahanan tubuh, pemberian antipiretik juga dapat menutupi kemungkinan komplikasi. Pengobatan terutama ditujukan terhadap penyakit penyebab panas.
-        Antipiretika :
Parasetamol                       :    10 -15 mg/kg BB/ kali (dapat diberikan secara oral atau rektal).
Metamizole ( novalgin )    :    10 mg/kg BB/kali per oral atau intravenous.
Ibuprofen                           :    5-10 mg/kg BB/ kali, per oral atau rektal.
-        Pendinginan Secara fisik :
Merupakan terapi pilihan utama. Kecepatan penurunan suhu > 0,10 C/menit sampai tercapai suhu 38,50 C. Cara-cara  physical cooling/compres :
-        Evaporasi : penderita dikompres dingin seluruh tubuh, disertai kipas angin untuk mempercepat

G.    PENCEGAHAN TERHADAP HIPERTERMIA

1.      Kesehatan lingkungan.
2.      Penyediaan air minum yang memenuhi syarat.
3.      Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya.
4.      Pemberantasan lalat.
5.      Pembuangan sampah pada tempatnya.                                      
6.      Pendidikan kesehatan pada masyarakat.
7.      Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi.
8.      Makan makana yang bersih dan sehat
9.      Jangan biasakan anak jajan diluar



BAB III

PENUTUP


A.    KESIMPULAN

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik). Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas.Untuk pencegahan hipertermi bisa dengan cara slalu menjaga kesehatan lingkungan, penyediaan air minum yan memenuhu syarat,pembuangan kotora manusia pada tempatnya,pemberantasan lalat , pembuangan sampah pada tempatnya, pendidikan kesehatan pada masyarakat, pemberian iminisasi lengkap pada bayi,makan-makanam yang bersih dan sehat,makan- makan yang bersih dan sehat.

B.     SARAN

Saran-sara yang kami sampaikan sehubungan  dengan tulisan makalah ini sebagai berikut :
Hipertermi bukankah suatu penyakit yang ringan tetapi hipertermi merupakan salah satu penyakit dengan faktor resiko tinggi khususnya pada bayi.Untuk itu di sini bidan harus  tanggap terhadap gejala dan keluhan apa yang dikeluhkan klien nantinya.Karena apabila hipertermi tidak segera ditangani akan menjadi kejang dan bisa mengakibatkan kematian khususnya pada bayi. Selain itu bidan harus turun tangan untuk  memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hipertermi mulai dari gejala maupun tanda  kemudian cara mengatasinya serta pencegahan terhadap hipertermi. 



DAFTAR PUSTAKA


Habel, A.1990, Ilmu Penyakit Anak , Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Kemala, P., ar., 1998, Kamus Suku Kedokteran Dorlan, Penerbit Buku Keokteran EGC, Jakarta.
Sudarti dan Afroh Fauzan. 2012, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Nuha Medika. Yogyakarta.
http://www.Ibu dan Balita.net/info/makalah-Hipertermia - lengkap.html
http://alamsyah.web.id/news/makalah-asuhan-kebidanan-pada-bayi-dengan-Hipertermia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar